Ghiga: Pewaris Takdir Leluhur Session 1 Bagian 19

 Kembali ke Surabaya, Ghiga dan Maya bekerja sama dengan Reza untuk menganalisis data yang mereka bawa dari markas Ratri di Jakarta. File-file itu berisi jejak digital dari beberapa server yang digunakan oleh Ratri, termasuk lokasi pusat data yang mencurigakan di sebuah kawasan terpencil di Jawa Timur.  


“Ini dia, bro,” kata Reza sambil menunjuk layar komputer. “Ratri menggunakan jaringan tersembunyi yang terhubung ke situs ini. Kalau kita bisa masuk, kita mungkin bisa menghentikan Proyek Pralaya sebelum terlaksana.”  


Namun, mengakses pusat data itu bukan hal yang mudah. Tempat itu dijaga ketat oleh sistem keamanan berbasis AI, dan ada laporan bahwa beberapa orang yang mencoba menyusup ke sana tidak pernah kembali.  


Strategi Infiltrasi  


Ghiga dan timnya merencanakan infiltrasi. Dengan memanfaatkan kemampuan hacking-nya, Ghiga menciptakan perangkat kecil yang dapat mengacaukan sistem keamanan selama beberapa menit—cukup untuk membuat mereka masuk tanpa terdeteksi.  


Sebelum berangkat, Maya menunjukkan kekhawatirannya. “Ghiga, tempat ini lebih berbahaya dari semua yang pernah kita hadapi sebelumnya. Kalau Ratri tahu kita ke sana, dia tidak akan segan-segan menghancurkan kita.”  


Ghiga menatap Maya dengan penuh keyakinan. “Kalau kita tidak mencoba, tidak ada yang akan menghentikannya. Ini bukan hanya tentang kita, Maya. Ini tentang semua orang.”  


Operasi Malam Hari  


Di malam hari, mereka menyusup ke pusat data yang tersembunyi di tengah hutan. Tempat itu terlihat seperti fasilitas biasa dari luar, tetapi di dalamnya terdapat teknologi paling canggih yang pernah mereka lihat.  


Dengan bantuan Reza yang memantau dari jarak jauh, Ghiga dan Maya berhasil mencapai server utama. Ghiga mulai meretas sistem sambil dikelilingi suara alarm yang mulai berbunyi.  


Namun, saat Ghiga hampir menyelesaikan pekerjaannya, mereka dikejutkan oleh kedatangan pasukan bersenjata yang bekerja untuk Ratri.  


“Keluar dari sana sekarang!” teriak Reza melalui radio komunikasi.  


Tapi Ghiga menolak menyerah. “Aku butuh waktu lebih lama! Kalau kita tidak menghentikan sistem ini sekarang, Ratri akan berhasil!”  


Pertarungan dalam Kegelapan  


Maya berusaha melindungi Ghiga dengan melawan para penjaga menggunakan kemampuan bela dirinya. Pertarungan berlangsung sengit, dengan Maya menghadapi lebih banyak lawan daripada yang bisa ia tangani.  


Di tengah pertempuran, salah satu penjaga berhasil menghancurkan perangkat pengacau yang digunakan Ghiga untuk meretas. Sistem keamanan kembali aktif, dan tempat itu mulai terkunci secara otomatis.  


“Maya! Kita harus pergi!” teriak Ghiga sambil menarik tangan Maya.  


Namun, sebelum mereka bisa keluar, Ghiga melihat data penting yang belum sempat ia unduh. Dengan cepat, ia memasukkan perangkat kecil ke dalam server untuk mencuri file terakhir.  


“Ayo sekarang!” kata Maya, memaksanya untuk keluar sebelum mereka terjebak.  


Konfrontasi dengan Ratri  


Saat mereka berhasil keluar, mereka bertemu dengan Ratri untuk pertama kalinya. Wanita itu berdiri di depan mereka dengan tenang, mengenakan pakaian hitam modern yang memancarkan aura kepemimpinan.  


“Jadi, kamu adalah Ghiga Setiawan,” kata Ratri dengan senyum dingin. “Aku sudah mendengar banyak tentangmu.”  


“Dan aku sudah tahu semua rencanamu, Ratri. Aku tidak akan membiarkan Proyek Pralaya menghancurkan dunia,” balas Ghiga dengan tegas.  


Ratri tertawa kecil. “Kamu pikir kamu bisa menghentikanku? Dunia ini sudah di ambang kehancuran, dan aku hanya membantu mempercepat prosesnya. Tidak ada yang bisa kamu lakukan.”  


Ghiga melangkah maju, tetapi Ratri mengeluarkan perangkat kecil yang langsung membuat Ghiga merasakan sakit luar biasa.  


“Teknologi ini? Buatanmu sendiri, kan? Aku hanya menyempurnakannya,” kata Ratri sambil menekan tombol pada perangkat itu.  


Namun, sebelum Ratri bisa melumpuhkan Ghiga sepenuhnya, Maya melompat dan menghancurkan perangkat itu.  


“Kita akan bertemu lagi, Ghiga,” kata Ratri sebelum melarikan diri ke dalam hutan bersama pasukannya.  


Kembali dengan Harapan  


Meskipun mereka tidak berhasil menangkap Ratri, Ghiga dan Maya berhasil membawa data penting dari pusat data. Data itu berisi lokasi-lokasi yang digunakan oleh Ratri untuk menjalankan Proyek Pralaya.  


“Ini baru permulaan, Maya,” kata Ghiga sambil melihat layar komputer. “Tapi sekarang kita punya petunjuk untuk menghentikannya.”  


Dengan data di tangan, mereka bersiap untuk menghadapi fase berikutnya dari pertempuran melawan Ratri.