Ghiga: Pewaris Takdir Leluhur Session 1 Bagian 18

 Dunia kembali bergolak di tangan musuh yang tidak terlihat, Ratri, sosok penuh teka-teki yang ahli dalam memanipulasi pikiran dan emosi masyarakat. Ia menggunakan teknologi informasi untuk menyebarkan kebencian, memanipulasi opini, dan merusak kepercayaan antar komunitas.  


Ghiga mulai merasakan dampaknya ketika Komunitas Jagat Lintang menjadi sasaran hoaks besar. Beberapa anggota komunitas mulai ragu pada Ghiga, mengira bahwa organisasi itu adalah kedok untuk ambisi pribadinya.  


Maya, yang kini menjadi wakil pemimpin komunitas, mencoba menenangkan situasi. “Kita harus segera bertindak. Kalau ini dibiarkan, reputasi kita hancur,” katanya.  


Ghiga mengangguk. “Aku tahu, Maya. Tapi musuh kita kali ini bukan orang biasa. Ratri bermain di ranah psikologis. Kita harus lebih cerdas.”  


Mencari Jejak Ratri  


Ghiga menghubungi seorang hacker tua bernama Reza, yang dulu pernah bekerja dengan Sang Kala Teknokrat sebelum meninggalkan mereka karena merasa muak dengan kebijakan destruktifnya.  


“Bro, aku sudah dengar tentang Ratri,” kata Reza dalam pertemuan rahasia di sebuah kafe tua. “Dia lebih licik daripada Baskara. Dia tidak hanya ingin menguasai teknologi, tapi juga hati dan pikiran orang-orang.”  


“Jadi, apa kita bisa melacaknya?” tanya Ghiga.  


Reza menggeleng. “Dia seperti bayangan. Tidak ada jejak fisik. Tapi aku tahu satu tempat yang bisa membawamu lebih dekat dengannya. Markas lamanya di Jakarta. Banyak informasi yang mungkin tertinggal di sana.”  


Ghiga memutuskan untuk pergi ke Jakarta bersama Maya, sementara Reza tetap di Surabaya untuk mengawasi aktivitas digital yang mencurigakan.  


Perjalanan Berbahaya  


Perjalanan ke Jakarta tidak berjalan mulus. Di tengah perjalanan, Ghiga dan Maya dihadang oleh sekelompok orang yang tampaknya bekerja untuk Ratri.  


Pertarungan sengit terjadi di stasiun kereta yang sepi. Ghiga menggunakan kombinasi kemampuan silatnya dan teknologi sederhana untuk mengalahkan mereka. Namun, di saat-saat terakhir, salah satu dari mereka sempat memperingatkan:  


“Kamu tidak akan pernah bisa menang melawan Ratri. Dia sudah tahu semua langkahmu.”  


Ghiga menyadari bahwa musuhnya bukan hanya memiliki kekuatan besar, tetapi juga selalu selangkah lebih maju.  


Rahasia di Jakarta  


Setibanya di Jakarta, Ghiga dan Maya berhasil menemukan markas lama Ratri. Itu adalah gedung tua yang hampir ditinggalkan, tetapi di dalamnya terdapat sisa-sisa operasi teknologi canggih.  


Maya menemukan sebuah terminal komputer yang masih aktif. Dengan keterampilan hacking-nya, Ghiga berhasil mengakses beberapa data penting.  


“Ratri merencanakan sesuatu yang besar,” kata Ghiga sambil membaca file yang ditemukan. “Dia menyebutnya Proyek Pralaya. Sebuah rencana untuk menciptakan kekacauan global menggunakan AI.”  


Namun, sebelum mereka bisa menggali lebih dalam, sebuah bom waktu aktif di salah satu ruangan. Mereka hanya memiliki beberapa menit untuk melarikan diri sebelum gedung itu meledak.  


Kembali ke Surabaya  


Dengan data yang berhasil mereka selamatkan, Ghiga dan Maya kembali ke Surabaya untuk menganalisis lebih lanjut. Mereka menemukan bahwa Proyek Pralaya adalah upaya untuk memanfaatkan AI untuk menciptakan hoaks besar-besaran, menanamkan kebencian di seluruh dunia, dan memicu perang antar bangsa.  


“Kita harus menghentikannya sebelum terlambat,” kata Ghiga.  


Namun, mereka tahu ini bukan tugas mudah. Ratri memiliki pengaruh besar, sumber daya tak terbatas, dan pengikut setia yang siap melakukan apa saja demi visi destruktifnya.